Monday, May 10, 2010

Pangeran Trunojoyo Menghadapi Kompeni dan Amangkurat II

Setelah kerajaannya jatuh ke tangan Trunojoyo, dalam keadaan sakit Amangkurat I terpaksa mengungsi dan diikuti putera Mahkota Adi Anom, penyakit sesuhunan makin keras dan sebelum ia meninggal dunia Adipati Anom dilantik menjadi sesuhunan menggantikan ayahnya.

Pangeran Adipati Anom menggantikan ayahnya dengan gelar Amangkurat II, setelah Speelman mendegar jatuhnya Keraton Mataram ia cepat-cepat kembali ke Jepara disini ia mengadakan perjanjian dengan Amangkurat II yang isinya antara lain :

1.   Kompeni menakui Amangkurat II sebagai Raja Mataram yang Syah.
2.   Kompeni mendapat kebebasan berdagang di seluruh Mataram dan mendapat sebuah
      tempat pembikinan kapal di Rembang.
3.   Kompeni tak membayar Bea untuk barang yang dimasukkan ke Mataram.
4.   Daerah Kompeni diperluas dengan Krawang dan sebagian dari Priangan garis batasnya
      ialah melalui kali Cimanuk sampai pantai selatan.
5.   Kota Semarang dan sekitarnya diserahkan kepada Kompeni.
6.   Selama sesuhunan belum melunasi ongkos pesisir Jawa dipegang oleh Kompeni.

Meetzuycker sebenarnya tidak menyetuji perjanjian itu meskipun banyak yang menguntungkan kepada Kompeni. Meetzucker lalu diganti oleh R. V. Goens yang lebih suka berperang (tahun 1678).

Dalam tahun itu juga tentara Kompeni diperkuat lalu dikirimkan kemedan perang dibawah pimpinan Anthony Hurdt, Aru Placa dan tentaranya diminta menjaga Batavia dari serangan Banten, karena Banten bersikap bermusuhan dengan Kompeni. Negara Kompeni setelah mengalami kesulitan-kesulitan misalnya, kekurangan makanan. Obat-obatan, dan macam-macam penyakit ahirnya sampai juga ke Kediri.

Pertarungan sengit terjadi setiap jengkal tanah dipertahankan oleh tentara Trunojoyo. Tetapi karena Tentara musuh lebih banyak jumlahnya dan persenjataannya yang juga modern maka Trunojoyo terpaksa mundur dari Kediri dan melanjutkan perang gerilyanya di Jawa Timur yang berhutan lebat. Trunojoyo tidak sempat membawa pusaka yang didapat dari keraton Mataram sehingga jatuh ketangan kapten Tack.

Pada tanggal 27 Nopember 1678 Hurdt menyerahkan pusaka tersebut kepada Amangkurat II, akibat dari kekurangan makanan tentara Trunojoyo semakin berkurang bantuan dikirim dari Madura sebanyak 8 perahu berisi makanan tetapi tertangkap oleh Kompeni sehingga semuanya jatuh ditangan musuh. Dari Madura dikirim 500 orang untuk memperkuat tentara Trunojoyo yang bermarkas di daerah Malang-Batu tidak dapat dipertahankan lagi Trunojoyo terus ke Ngentang, gunung Lumbangan adalah pertahanan Trunojoyo yang terahir pimpinan tentara Kompeni ialah Kapten Jonker selanjutnya diserahkan kepada Amangkurat II, Amangkurat II memang selalu mengikuti pengejaran terhadap Trunojoyo dari dekat demikian pula dengan Amangkurat II.

Karena itu beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa Trunojoyo tidak menyerah kepada Jonker, pasukan Jonker memang tidak sampai ketempat pertahanan Trunojoyo di Gunung yang jalannya memang sangat sulit dilalui, Trunojoyo menyerah kepada pamannya ialah Pangeran Cakraningrat II yang memang menyarankan supaya diadakan perdamaian I.

Sewaktu Trunojoyo menghadap Amangkurat II, sesuhunan memberi ampun kepada Cakraningrat I dan memberi kedudukan yang sama seperti Cakraningrat II dengan gelar Adipati Malujo (untuk memenuhi janjinya kepada Adipati Urawan). Akan tetapi Amangkurat II pernah berkata supaya Trunojoyo dibunuh karena itu tidak lama kemudian Adipati Malujo ditikam olehnya dengan keris sehingga menemui ajalnya.

No comments:

Post a Comment

LinkWithin